 
 Sebuah buku abad 19 bersampul burung langka terjual seharga 7,3 juta poundsterling (Rp 102 miliar). Buku ini jadi termahal di dunia. Apa keistimewaannya?
Empat   edisi buku Birds of America karangan John James Audubon telah dibeli   oleh dealer buku terkenal Michael Tollemache asal London. Tollemache   menggambarkan buku panduan pengamatan burung ini sebagai benda tidak   ternilai harganya. Ia berhasil mengalahkan para pesaing di arena lelang   Sotheby, London, Inggris
Sebelumnya, buku ini diperkirakan terjual dengan harga 4 juta poundsterling (Rp 56 miliar) atau 6 juta poundsterling (Rp 84 miliar). Buku yang mencatat burung dengan ukuran aslinya ini merupakan bagian dari koleksi literatur Frederick Fermor-Hesketh, bangsawan Hesketh kedua.
Sebelumnya, buku ini diperkirakan terjual dengan harga 4 juta poundsterling (Rp 56 miliar) atau 6 juta poundsterling (Rp 84 miliar). Buku yang mencatat burung dengan ukuran aslinya ini merupakan bagian dari koleksi literatur Frederick Fermor-Hesketh, bangsawan Hesketh kedua.
Buku ini dianggap sangat penting dalam sejarah literatur Inggris karena termasuk di bagian ‘Folio Pertama’. Kedudukannya sama seperti buku Macbeth, The Tempest dan Twelfth Night.
Birds of America terbagi dalam empat edisi dalam kurun 1827 hingga 1838. Buku itu berisi 1.000 ilustrasi 500 jenis burung di mana Audubon membutuhkan 12 tahun untuk menyelesaikannya.
Buku ini menjadi perhatian dunia saat satu dekade sebelumnya, satu salinan lain dijual di lelang mencapai 5,7 juta poundsterling (Rp 79,8 miliar). Hanya sekitar 119 buku Audubon, pria asal Haiti, yang masih bertahan di dunia.[ito]

Rare:   A Greater Flamingo, left, and the Golden Eagle, right, are among the   intricate sketches in the book Birds Of America. For collectors it   represents a chance to own one of the best preserved editions of   Aubudon's masterpiece, with its 435 revered, hand-coloured illustrations

Two   plates from the book showing a Hooping Crane and a pair of Barn Owls.   The plates were printed in black and white and hand coloured afterwards   which made the production process extremely expensive



 
 




 

 More Graphics Comments
 More Graphics Comments 


Tidak ada komentar:
Posting Komentar