Sabtu, 03 Oktober 2015

MAKALAH SISTEM KARDIOVASKULER DECOMPENSASI CORDIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Decompensation cordis adalah suatu keadaan dimana jantung tak dapat menunaikan tugasnya dalam memberi aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Tugas jantung adalah memompa darah melalui system nadi, sehingga kebutuhan jaringan-jaringan tubuh akan darah terpenuhi. Selama diastole darah terkumpul di bilik, kemudian akan di pompa dalam aortaria pulmonalis dan aorta selama systole.
Macam macam decompensasi jantung
1.      Dekompenssi jantung kanan (right heart faelure)
2.      Dekompensasi jantung kiri (left heart faelure)
3.      Dekompensasi jantung kanan dan kiri
Jantung yang sehat mempunyai tenaga cadangan (reservoir) yang dipakai mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Jaringan tubuh cukup 1/10 dari tenaga jantung seluruhnya, sedangkan 90% dari tenaga seluruh jantung dipakai untuk cadangan. Pada waktu kerja berat, maka kebutuhan jaringan akan darah akan bertambah, dan ini akan dipenuhi jika isi semenit naik. Isi semenit akan mudah naik akibat adanya tenaga cadangan jantung yang demikian besarnya.
Kerja yang dilakukan oleh bilik-bilik tiap systole tergantung pada :
1.      Besar isi sekuncup (Stroke Volume)
Besarnya pada jantung normal ±70 cc. Isi sekuncup bilik kiri sama dengan isi sekuncup bilik kanan.
2.      Frequensi jantung tiap menit
 = isi semenit (cardiac output). Besarnya cardiac output pada orang dewasa ±5 liter.
3.      Tekanan nadi perifer, yaitu tingginya desakan yang ada dalam pembuluh nadi (aorta dan pulmonalis). Tekanan aorta lebih besar dari tekanan pulmonalis, sehingga bilik kiri bekerja lebih giat/lebih berat dari bilik kanan. Dengan demikian dinding bilik kiri (1,5 cm) adalah 3x lebih tebal daripada dinding bilik kanan (0,5 cm).
Untuk penyebarannya, gagal jantung mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia, dan meningkat seiring pertumbuhan usia, dan mengenai pasien usia lebih dari 65 tahun sekitar 6 – 10% lebih banyak mengenai laki laki dari pada perempuan.

1.2  Rumusan Masalah
1)      Jelaskan Pengertian decompensasi cordis?
2)      Jelaskan Etiologi decompensasi cordis?
3)      Jelaskan Klasifikasi decompensasi cordis?
4)      Jelaskan Patofisiologi decompensasi cordis?
5)      Jelaskan Tanda dan Gejala decompensasi cordis?
6)      Jelaskan Faktor-faktor Penyebab decompensasi cordis?
7)      Jelaskan pemeriksaan penunjang decompensasi cordis?
8)      Jelaskan Penatalaksanaan decompensasi cordis?

1.3  Tujuan
1)      Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian decompensasi cordis
2)      Mahasiswa dapat mengetahui Etiologi decompensasi cordis
3)      Mahasiswa dapat mengetahui Klasifikasi decompensasi cordis
4)      Mahasiswa dapat mengetahui Patofisiologi decompensasi cordis
5)      Mahasiswa dapat mengetahui Tanda dan Gejala decompensasi cordis
6)      Mahasiswa dapat mengetahui Faktor-faktor Penyebab decompensasi cordis
7)      Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang decompensasi cordis
8)      Mahasiswa dapat mengetahui Penatalaksanaan decompensasi cordis










BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  Definisi
Dekompensasi cordis (Gagal jantung) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jantung tidak dapat berespons secara adekuat terhadap stress untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Pada kondisi ini jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa dan akibatnya gagal jantung.
Gagal jantung merupakan suatu keadaaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat jantung gagal mempertahankan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peningkatan tekanan pengisian ventrikel.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi.

2.2  Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi cordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Beban awal meningkat pada kondisi regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan ketika terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontrkatilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisian ventrikel (Stenosis katup atrioventrikuler) gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling  mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer atau di dalam sintesis atau fungsi protein kontraktil (Price, 1995).
Penyebab gagal jantung digolongkan berdasarkan sisi dominan jantung yang mengalami gagal jantung. Dominan sisi kiri, seperti penyakit jantung iskemik, penyakit jantung hipertensif, penyakit katup aorta, penyakit katup mitral, miokarditis, kardiomiopati, amiloidosis jantung, keadaan curah tinggi (tirotoksikosis, anemia, fistula arteriovenosa). Dominan sisi kanan seperti, seperti gagal jantung kiri, penyakit paru kronis, stenosis katup pulmonal, penyakit katup trikuspid, penyakit jantung kongenital (VSD, PDA), hipertensi pulmonal, emboli pulmonal masif (chandrasoma, 2006).
Secara umum penyebab gagal jantung di kelompokkan sebagai berikut :
1.             Disfungsi miokard.
2.             Beban tekanan berlebihan- pembebanan sistolik (sistolic overload).
a.         Volume :Defek  septum atrial, defek septum ventrikel, duktus anteriosus paten.
b.        Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta.
c.         Disritmia.
3.             Beban volume berlebihan- pembebanan diastolik (diastolic overload).
4.             Peningkatan kebutuhan metabolik (demand overload).

2.3  Klasifikasi
Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Association (NYHA) membuat klasifikai fungsional dalam 4 kelas :
1.             Kelas I
Tidak ada batasan : Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea napas, Palpitasi atau keletihan berlebihan.
2.             Kelas II
Gangguan aktivitas ringan: merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi aktivitas biasa menimbulkan keletihan dan palpitasi.
3.             Kelas III
Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata: merasa nyaman ketika beristirahat, tetapi aktivitas yang kurang dari biasa dapat menimbulkan gejala.
4.             Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktivita fisik apapun tanpa merasa tidak nyaman: gejala gagal jantung kongestif di temukan bahkan pada saat istirahat dan ketidaknyamanan semakin bertambah ketika melakukan aktivita fisik apapun.




2.4  Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokard yang khas pada gagal jantung akibatnya penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat, yaitu:
1.      meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik
2.      meningkatnya beban awal akibat aktivasi sistem renin angiotensin,adosteron, dan
3.      hiperatrofi ventrikel
Ketiga respon kompensantorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi menjadi semakin kurang efektif. Menurunnya urah sekunup pada gagal jantung akan mengakibatkan membangkitan respon simpatik kompensintorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangsang pengeluaran kotekolamin dari saraf adenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah urah jantung. Juga terjadi vasokontriksi areteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi voleme darah dengan mengvrangi aliran darah ke organ yang rendah metabolismenya, seperti kulit dan ginjal, agar perfusi jantung dan otak dapat dipertahankan.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa, yaitu diantaranya:
1.      penurunan darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glumerolus
2.      pelepasan renin dari apparatus juksta glomerulus
3.      intraksi renin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I
4.      konversi angiotensin I menjadi angiotensin II
5.      perangsangan sekresi aldosterone dari kalenjar adrenal, dan
6.      retensi natrium dan ir pada tubulus distal dan duktus pengumpul
Respon kompensantorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambah tebal dinding. Hipertrofi meningkatakan jumlah sarkomer dalam sel sel miokardium, tergantung dari jenis beban hemodinamika yang mengakibatkan gagal jantung, sarkomer dapat bertambah seara parallel atau serial. Respon miokardium terhadap beban volume seperti pada regurgitasi aorta, ditandai dengan dilatasi dan hipertrofi gagal jantung kanan, Karena ketidakmampuan jantung kanan mengakibatkan penimbunan darah dalam atrium kanan, vena kava dan sirkulasi besar. Penimbunan darah di vena hepatica menyebabkan hepatomegaly dan menyebabkan asites. Pada ginjal akan menimbulkan penimbunan air dan natrium sehingga terjadi edema. Penimbunan seara sistemik selaim menimbulkan edema juga meningkatkan tekanan vena jugularis dan pelebaran vena vena lainnya.
Pada gagal jantung kiri darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri mengalami hambatan, sehingga atrium kiri dilatasi dan hipertrofi.Aliran darah dari paru d ke atrium kiri terbendung, akibatnya tekanan dalam vena pulmonalis, kapiler paru dan arteri plmonalis meninggi. Bendungan juga terjadi juga di paru yang akan mengakibatakan edema paru, sesak waktu bekerja (dyspnea dffort) ata waktu istirahat (ortopnea)
Gagal jantung kanan dan kiri terjadi sebagai akibat kelanjutan dari gagal jantung kanan dan kiri. Setelah terjadi hipertnsi pulmonal terjadi penimbunan darah dalam ventrikel kanan , selanjutnya terjadi gagal jantung kanan. Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) sirkulasi akan menimbulkan bendungan pada arah yang berlawanan dengan aliran (backward congestion) hambatan pengaliran (forward failure)  akan menimbulkan gejala backward failure dalam system sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolism jaringan. Kompensasi yang terjadi pada gagal jantungsirkulasi akan menimbulkanbendungan pada arah yang berlawanan dengan aliran (backward congestion ) hambatan pengaliran (forward failure)  akan menimbulkan gejala backward failure dalam system sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah paya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme.Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantvng ialah dilatasi ventrikel, dilatasi hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berpa takikardia dan vasiokontriksi perifer. Peninggian kadar katekolamin plasma.retensi garam dan iran badan dan peningkatan ekstrasi oksigen oleh jaringan .bila bagian jantung kanan dan kiri bersama sam gagl akibat aliran darah dan adanya bendungan , maka akna tamak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut gagal jantung kongestiv
2.5  Tanda dan Gejala
A.    Gagal Jantung Kiri
Keluhan berupa  perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk berdarah, fungsi ginjal menurun. Tanda dan gejala kegagalan ventrikel kiri :
1.      Kongesti vaskuler pulmonal
2.      Dispnea, nyeri dada dan syok
3.      Ortopnea, Dispnea nokturnal paroksismal
4.      Batuk iritasi, edema pulmonal akut
5.      Penurunan curah jantung
6.      Gallop atrial – S4, gallop ventrikel- S1
7.      Crackles paru
8.      Disritmia pulsus alterans
9.      Peningkatan berat badan
10.  Pernapasan chyne stokes
11.  Bukti radiografi tentang kongesti vaskuler pulmonal
B.     Gagal jantung Kanan
Edema, Anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut. Tanda dan gejala kegagalan ventrikel kanan :
1.      Curah jantung rendah
2.      Distensi vena jugularis
3.      Edema
4.      Disritmia
5.      S3 dan S4 Ventrikel kanan
6.      Hipersonor pada perkusi
7.      Imobilisasi diafragma rendah
8.      Peningkatan diameter pada antero posterial

2.6  Faktor-faktor Penyebab
A.    Faktor Predisposisi
1.      Penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel :
a.       Penyakit arteri coroner
b.      Kardiomiopati
c.       Penyakit pembuluh darah
d.      Penyakit jantung kongenital
2.      Keadaan yang membatasi pengisian ventrikel
a.       Stenosis mitral – penyakit pericardial
b.      Kardiomiopati
B.     Faktor Pencetus
1.      Peningkatan asupan garam
2.      Ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung
3.      Serangan hipertensi
4.      Aritmia akut
5.      Infeksi atau demam, anemia, emboli paru
6.      Tirotoksikosis, Kehamilan, dan endokarditis infektif
C.    Faktor Risiko
1.      Merokok
2.      Hipertensi
3.      Hiperlipidemia
4.      Obesitas
5.      Kurang aktivitas fisik
6.      Stres emosi
7.      Diabetes mellitus

2.7  Pengobatan

2.8  Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan khusus yang dapat menegakkan diagnosis gagal jantung (Santoso, 1989). Pemeriksaan laboratorium di butuhkan untuk mengetahui sejauh mana gagal jantung telah mengganggu fungsi organ lain, seperti hati, ginjal, dan lain-lain.
2.      Radiologi
a.       Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir berkurang.
b.      Lapang paru bercak-bercak karena edema paru.
c.       distensi vena paru.
d.      Hidrotoraks.
e.       Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3.      EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung ( iskemik, hipertrofi ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru).
4.      Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal jantung.
5.      Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri di dapatkan (VEPD)             10 mmHg atau pulmonary arterialwedge preassure >12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari 2,71/menit/m2 luas permukaan tubuh.

2.9  Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gagal jantung bertujuan untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan retensi garam dan air. Penatalaksanaan, meliputi :
1.             Tirah baring
Untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit di sembuhkan.
2.             Pemberian diuretik
Akan menurunkan preload dan kerja jantung.
3.             Pemberian Morfin
Untuk mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea berat.
4.             Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.
5.             Terapi nitrit
Untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
6.             Terapi digitalis
Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekuensi ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
7.             Inotropik positif
a.       Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-adrenergik beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 mg/kg BB akan menyebabkan vasokontriksi dan mengakibatkan beban kerja jantung.
b.      Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip dopamin memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokontriksi dan takikardia.
Tindakan mekanis :
1.      Dukungan mekanis ventrikel kiri (mulai 1967) dengan konterpulasi balon intraaorta atau pompa PBIA. Berfungsi untuk meningkatkan aliran koroner, memperbaiki isi sekuncup dan mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri.
2.      Tahun 1970, dengan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Alat ini menggantikan fungsi jantung paru. Mengakibatkan aliran darah dan pertukaran gas. ECMO dapat digunakan untuk memberi waktu hingga tindakan pasti, seperti bedah bypass arteri koroner, perbaikan septum atau transplantasi jantung dapat dilakukan.






















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian
1.      Riwayat
a.       Kondisi :
1.      Menurunnya kontraktilitas miokard, MCI, kardiomiopati, gangguan konduksi, obat seperti penyekat beta.
2.      Meningkatnya beban miokard, penyakit katup jantung , anemia , hipertermia.
b.      Keluhan
1.      Sesak saat bekerja, dispnea nokturnal paroksismal, ortopnea.
2.      Lelah, pusing.
3.      Nyeri dada.
4.      Bengkak pada kaki, sepatu sempit.
5.      Nafsu makan menurun, nausea, distensi abdomen.
6.      Urine menurun.
2.      Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a.       Respirasi meningkat, dispnea.
b.      Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.
c.       Vena leher, dengan JVP meningkat.
d.      Kulit bersisik, pucat.
e.       Edema kaki, skrotum.
f.       Asites abdomen.

3.2  Diagnosa
No.
Diagnosa
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung ditandai dengan takikardia, ortopnea, disritmia, perubahan pola EKG.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubngan dengan perubahan membrane kapiler alveols ditandai dengan sesak nafas
3.
Volume airan berlebih berhubungan dengan menurunnya curah jantung atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air ditandai dengan oliguria, edema, peningkatan berat badan
4.
Intoleransi aktivitas berhvbungan dengan ketidakseimbangan suplai dan pemakaian oksigen
5.
Emas berhubunagn dengan krisis situasioanal anaman terhadap konsep diri, perubahan dalam setatus kesehatan
6.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya pajanan

3.3  Intervensi
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung ditandai dengan takikardia, ortopnea, disritmia, perubahan pola EKG.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien menunjukkan curah jantung adekuat dengan kriteria :
a.       Tekanan darah dalam rentang normal.
b.      Toleransi terhadap aktivitas.
c.       Nadi perifer kuat.
d.      Ukuran jantung normal.
e.       Tidak ada distensi vena jugularis.
f.       Tidak ada disritmia.
g.      Tidak ada bunyi jantung abnormal.
h.      Tidak ada angina.
i.        Tidak ada edema perifer.
j.        Tidak ada edema paru.
k.      Tidak ada diaphoresis.
l.        Tidak ada mual.
m.    Tidak ada kelelahan.
Perawatan jantung
a.       Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan faktor pencetus nyeri).
b.      Lakukan penilaian komprehensif terhadap sirkulasi perifer (missal : cek nadi perifer, edema, pengisian kapiler, dan suhu ekstrimitas).
c.       Dokumentasikan adanya disritmia jantung.
d.      Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung.
e.       Observasi tanda-tanda vital.
f.       Observasi status kardiovaskuler.
g.      Observasi disritmia jantung termasuk gangguan irama dan konduksi.
h.      Observasi status respirasi terhadap gejala gagal jantung.
i.        Observasi abdomen untuk mengindikasikan adanya penurunan perfusi.
j.        Observasi keseimbangan cairan (asupan-haluaran dan berat badan harian).
k.      Observasi fungsi pacemaker sesuai kebutuhan.
l.        Kenali adanya perubahan tekanan darah.
m.    Kenali pengaruh psikologis yang mendasari kondisi klien.
n.      Evaluasi respon klien terhadap disritmia.
o.      Kolaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia sesuai kebutuhan.
p.      Observasi respon klien terhadap pemberian terapi.
q.      Instruksikan klien dan keluarga tentang pembatasan aktivitas.
r.        Tentukan periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan.
s.       Observasi toleransi klien terhadap aktivitas.
t.        Observasi adanya dispnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea.
u.      Anjurkan untuk mengurangi stress.
v.      Ciptakan hubungan yang saling mendukung antara klien dan keluarga.
w.    Anjurkan klien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan dada.
x.      Twarkan dukungan spiritual untuk klien dan keluarga

NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
2.
Gangguan pertukaran gas berhubngan dengan perubahan membrane kapiler alveols ditandai dengan sesak nafas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien menunjukkan pertkaran gas adekuat dengan kriteria :
a.       Status mental dalam rentang normal
b.      Klien bernafas dengan mdah
c.       Tidak ada dyspnea
d.      Tidak ada kegelisahan
e.       Tidak ada sianosis
f.       Tidak ada somnolen
g.      PaO2 dalam batas normal
h.      PCO2 dalam batas normal
i.        pH arteri dalam batas normal
j.        satrasi O2 dalam batas normal
k.      ventilasi perfusi
Manajemen jalan nafas
a.       atur posisi klien untuk memksimalkan ventilasi
b.      lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan
c.       anjarkan klien untuk bernafas pelan dan dalam
d.      auskultasi bunyi nafas, area penurnan ventilasi atau tidak adanya ventlasi dan adanya bunyi nafas tambahan
e.       kelola pemberian bronkodilator sesuai kebuthan
f.       ajarkan klien bagaimana mengunakan inhaler
g.      atur posisi klien untuk mengurangi dyspnea
h.      observasi status respirasi dan oksigenasi sesuai kebutuhan
terapi oksigen
a.       pertahankan kepatenan jalan nafas
b.      observasi aliran oksigen
c.       berikan oksigen sesuai kebuthan

observasi respirasi

a.       observasi keepatan, irama,kedalaman respirasi
b.      atat pergerakan dada, kesimetrisan, pengganaan otot napas tambahan dan adanya retraksi otot interkosta
c.       observasi pola nafas ; bradibnea, takipnea, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, heynes stokes, biot, dan apnea
d.      palpasi ekspansi paru
e.       perkusi toraks anteriot dan posterior bagian apeks dan dasar kedua paru
f.       auskultasi bunyi paru setelah pemberian pengobatan
g.      observasi peningkatan kegelisahan dan keemasan
h.      observasi kemampuan klien untuk batuk efektif
i.         observasi hasil pemeriksaan foto thoraks

NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
.3.
Volume airan berlebih berhubungan dengan menurunnya urah jantung atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium dan air ditandai dengan oliguria, edema, peningkatan berat badan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien dapat mempertahankan keseimbangan airan dalam tubuh dengan kriteria :
a.       klien bebas dari edema
b.      klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih
c.       berat badan stabil
d.      turgor kulit normal
e.       tidak ada oliguria
f.       klien melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas
Manajemen airan
a.       observasi nilai elektrolit serm abnormal
b.      observasi lokasi dan perlasan edema
c.       observasi peningkatan berat badan tiba tiba
d.      observasi bunyi paru rakles, stats respirasi dan tentukan adanya ortopnea dan keparahnnya
e.       observasi adanya distensi vena jugularis dengan posisi kepala ditinggikan tiga puluh hingga empat puluh lima derajat
f.       observasi hasil laboratorium yang sesaui dengan keseimbangan aira (hematocrit,BuN, albumin dan berat jenis urine
g.      onservasi tanda dan gejala retens airan
h.      observasi tanda tanda vital sesuai kebutuhan
observasi airan
a.       observasi asupan dan haluaran
b.      observasi albumin serum dan protein total
c.       observasi tekanan darah, denyut nadi dan status resprasi
d.      observasi membrane mukosa dan turgor kulit
e.       observasi adanya distensi vena jugularis, bunyi raklespada paru, edema perifer, dan penambahan berat badan
f.       kelola airan sesuai kebutuhan
g.      batasi asupan airan sesuai kebutuhan
h.      pertahankan keepatan pemberian airan intra vena
i.        kelola pemberian obat obatan yang meningkatkan haluran urine sesuai kebutuhan
j.        observasi efek samping pemberan deuretik, seperti ortostatik dan keseimbangan metabolic
k.      observasi berat badan

NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
4.
Intoleransi aktivitas berhvbungan dengan ketidakseimbangan suplai dan pemakaian oksigen
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dengan kriteria :
a.       klien dapat menentukan aktivitas yang sesuai dengan peningkatan nadi, tekanan darah, dan frek nafas, mempertahankan irama dalam batas normal
b.      mempertahankan warna dan kehangatan kulit dengan aktivitas
c.       EKG dalam batas normal
d.      Melaporkan peningkatan aktivitas harian
Manajemen energy
a.       Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas
b.      Tentukan penyebab lain kelelahan
c.       Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya
d.      Observasi asupa nutrisi sebagai sumber energy yang adekuat
e.       Observasi respon jantung paru paru terhadap aktivitas
f.       Batasi stimulus lingkungan (penahayaan dan kegaduhan)
g.      Dorong untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas
h.      Renanakan periode aktivitas saat klien memiliki banyak tenaga
i.        Hindari aktivitas selama periode istirahat
j.        Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur atau duduk disamping tempat tidur atau berrjalan
k.      Dorong klien untuk melakukan aktivitas harian sesuai sumber energy
l.        Ajarkan klien dan keluarga teknik untuk memenuhi kebutuhan sehari hari yang dapat meminimalkan penggunaan oksigen
m.    Instrksikan klien atau keluarga unuk mengenal tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas
n.      Bantu klien atau keluarga untuk menentukan tujuan aktivitas yang realistis
o.      Bantv klien unuk mengientifikasi aktivitas yang lebh disukai
p.      Dorong klien untuk memilih ativitas yang sesuai dengan daya tahan tubuh
q.      Evaluasi program peningkatan tingkat aktivitas
Terapi aktivitas
a.       Tentukan komitmen klien untuk peningkatan frek atau rentan untuk aktivitas
b.      Bantu klien untuk mengungkapkan kebiasaan aktivitas yang paling berarti atau aktivitas yang paling vavorit
c.       Bantu klien untuk memilih aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik, psikologis dan social
d.      Bantuklien untuk memfokskan apa apa yang akan di lakvkan dari pada kekurangannya
e.       Bantu klien untuk mendapatkan transportasi untuk beraktivitas yang sesuai
f.       Bant klien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
g.      Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang berarti
h.      Bant klien untuk menjadwlakan preiode khusus untuk hiburan di luar aktivitas rutin
i.        Bantu klien atau keluarga untuk menyesuaikan lingkungan untuk mengakomondasi keinginan beraktivitas
j.        Berikan penguatan positif terhadap partisipasi klien dalam beraktivitas
k.      Observasi respon emosi, fisik, social, dan sepiritual terhadap aktivitas

NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
5.
Emas berhubunagn dengan krisis situasioanal anaman terhadap konsep diri, perubahan dalam setatus kesehatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien dapat mengontrol keemasan dengan kriteria :
a.       Intervensi aktivitas emas
b.      Menurunkan stimulus lingkungan ketika emas
c.       Menari informasi yang menurunkan emas
d.      Gunakan strategi koping efektif
e.       Mengguakan teknik relaksasi
f.       Mempertahankan hubunagan soial
g.      Mempertahankan konsentrasi
h.      Melaporkan tidvr adekvat
i.        Respon untuk mengontrol emas
j.        tenang
Memurukan emas
a.       tenangkan pasien
b.      jelaskan prosedr tindakan terhadap pasien dan perasaan yang mungkin munul pada saat melakukan tindakan
c.       berusaha memahai keadaan pasien
d.      berikan informasi tentang. Diagnose prognosis
e.       mendampingi pasien untuk mengurangi keemasaan dan meningkatkan kenyamanan
f.       dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
g.      kaji tngkat keemasaannya
h.      dengarkan dengan penuh perhatian
i.        iptakan hubungan saling peraya
j.        bantu pasien unuk menjelaskan keadaan yang menimbulkan keemasaan
k.      ajarkan pasien tentang relaksasi
l.        berikan obat yang  mengurangi emas


NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
6.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya pajanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x 24 jam klien mempunyai pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria :
a.       mengenal nama penyakkit
b.      menjelakan proses penyakit
c.       menjelaskan actor pe nyebab dan risiko
d.      menjelaskan efek dari penyakit
e.       menjelaskan tanda dan gejala
f.       menjelaskan tindakan VntVk mminimalkan progresi penyakit
g.      menjelaskan prnegahan kompliksdi
Peeendidikan kesehatan ; ppproses penyakit
a.       kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik kondisinya
b.      jelaskan patofisiologi penyakit serta anatomi an fisiologi
c.       jelaskan tanda dan gejala yang biasanya munul
d.      jelaskan tentang proses penyakit
e.       berikan informasi pada klien tentang kondisinya
f.       berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
g.      diskusikan perubahan perilaku yang dapat menegah komplikasi
h.      diskusikan pilihan terapi
i.        jelaskan komplikasi kronik yang mungkin munul

pendidikan kesehatan ; pengobatan
a.       jelaskan kepada klien tentang pengobatan yang didapatkannya
b.      jelaskan kepada klien tentang obat generic
c.       jelaskan kepada klien tujuan dari tindakan setiap pengobtan
d.      jelaskan kepada klien dosis, rute, an durasi dari setiap tindakan
e.       mengeek kembali pengetahuan klien
f.       jelaskan kepada klien tindakan yang dibutukan sebelum mendapatkan pengobatan
g.      jelaskan kepada klien apa yang dilakukan jika dosis telah habis
h.      jelaskan kepada klien tentang efek samping pengobatan dan tindakan yang tepat untuk menanggulanginya
i.        jelaskan kepada klien kemvngkinan interaksi obat dengan makanan
j.        libatkan keluarga dalam pengobatan


3.4  Evaluasi
Diagnosa keperawatan: penurunan curah jantung
1.      klien melaporkan atau menujukkan penurunana episode dispnea, angina dan distripnea
2.      kloen mengidentifikasi prilaku untuk menurunkan beban kerja jantung
Diagnosa keperawatan: gangguan pertukaran gas
1.      klien mengatakan tidak merasa sesak, frekuensi nafas normal bunyi nafas bersih, tidak ada bunyi crackle atau mengi.
Diagnosa keperawatan: voluime cairan berlebih
1.      klien mengatakan terbebas dari edema, berat badan stabil.
2.      Klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih dan adanya kemudahan dalam bernapas
3.      Klien dapat mempertahankan turgor kulita normal, tidak ada oliguria.
Dioagnosa keperawatan: intoleransi aktifitas
1.      Klien dapat menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
2.      Klien mendemonstrasikan penurunana tanda fisologis intoleransi aktivitas
Diagnosa keperawatan: cemas
1.      Klien melaporkan penggunaanteknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
2.      Klien dapat mempertahankan hubungan sosial
3.      Klien melporkan tidur yang adekuat
4.      Klien dapat menurunkan stimulus lingkungan ketika cemas
Diagnosa keperawatan: kurang pengetahuan
1.      Klien mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakitnya
2.      Klien mengungkapkan pemahaman tentang tindakan untuk meminimalkan progeresi penyakit
3.      Klien mengungkapakan tentang pencegahan komplikasi


BAB 1V
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
a.       Dekompensasi cordis (Gagal jantung) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jantung tidak dapat berespons secara adekuat terhadap stress untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
b.      Penyebab dari gagal jantunng adalah adanya gangguan pada pengisian ventrikel (Stenosis katup atrioventrikuler) gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung).
c.       Tanda dan gejala gagal jantung dibagi menjadi dua, yaitu bagian kiri dan kanan. Pada bagian kiri yaitu berupa  perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk berdarah, fungsi ginjal menurun. Sedangkan pada gagal jantung ventrikal kanan yaitu: Edema, Anoreksia, mual, asites, sakit daerah perut.
d.      Adapun faktor-faktor resiko terjadinya decompensasi cordis yaitu: Merokok, Hipertensi, Hiperlipidemia, Obesitas, Kurang aktivitas fisik, Stres emosi, Diabetes mellitus
e.       Pengobatan
f.       Pemeriksaan penunjang dari gagal jantung yaitu, pemeriksaan laboratorium, radiologi, EKG, Ekokardografi, kateterisasi jantung.
g.      Penatalaksanaan gagal jantung bertujuan untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan menurunkan retensi garam dan air.

1.2  Saran

Hendaklah kita lebih menjaga kesehatan diri kita sebelum adanya penyakit yang berangsur angsur menggrogoti diri kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar